Jumat, 17 Januari 2014

Derajat Orang yang Berilmu (Al- Mujadalah: 11)

1. Q. S Al- Mujadalah: 11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ 

      2. Terjemah Q. S Al-Mujadalah: 11
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu. Dan jika dikatakan kepada kamu ; Berdirilah! ", maka berdirilah Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang~rang yang diberi ilmu beberapa derajat ; Dan Allah dengan apapun yang kamu kerjakan adalah Maha Mengetahui”.

      3. Tafsir
Pada zaman Rasulullah SAW kala itu, shahabat-shahabat Rasulullah SAW  mengerumuni beliau karena ingin mendengar butir-butir dan nasehat dan bimbingan beliau. Dan apabila masyarakat itu kian berkembang kian banyaklah majlis tempat berkumpul membincangkan hal-hal yang penting . Tentu saja majlis demikian kadang-kadang rnenjadi sesak dan sempit, karena banyaknya orang yang duduk . Dan kadang-kadang orang yang terlebih dahulu masuk mendapat tempat duduk yang nyaman sedangkan yang datang selanjutnya  tidak dapat masuk lagi. Kadang kadang pula disangka oleh yang datang kemudian bahwa tempat duduk di muka sudah tidak dapat menampung orang yang baru datang lagi, sehingga yang baru datang terpaksa duduk menjauh. Padahal sesungguhnya tempat yang di dalam itu masih lapang. Dan kadang-kadang orang yang telah nyaman duduknya di dalam itu merasa enggan kalau ada yang baru datang dan meminta untuk bergeser agar mereka (yang baru datang) disediakan tempat untuk duduk.

Kemudian turunlah ayat Allah SWT :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah,”
Majlis artinya  duduk bersama. Asal mulanya duduk bersama mengelilingi Nabi karena hendak mendengar ajaran-ajaran dan hikmat yang akan beliau keluarkan. Tentu ada yang datang terlebih dahulu, sehingga tempat duduk bersama itu kelihatan telah sempit. Niscaya karena sempitnya itu, orang yang datang kemudian tidak lagi mendapat tempat. Lalu dianjurkanlah oleh Rasul agar yang telah duduk terlebih dahulu melapangkan tempat bagi yang datang kemudian. Sebab pada hakikatnya tempat itu belumlah sesempit apa yang disangka. Masih ada tempat kosong. Sebab itu hendaklah yang telah duduk lebih dahulu melapangkan tempat bagi mereka yang baru datang itu. Karena yang sempit itu bukan tempat, melainkan hati. Thabi'at mementingkan diri pada manusia sebagai kesan pertama, enggan memberikan tempat kepada yang baru datang itu.

Dalam majlis pengajian dalam masjid atau surau-surau sendiri, betapapun sempitnya tempat pada anggapan semula, kenyataannya masih bisa dimuat orang lagi. Yang di luar disuruh masuk ke dalam, karena tempat masih lebar, meskipun ada yang telah mendapat tempat duduk itu yang kurang senang melapangkan tempat.

Oleh sebab itu maka di dalam ayat ini diserulah terlebih dahulu dengan panggilan "orang yang beriman" , sebab orang-orang yang beriman itu hatinya lapang, diapun mencintai saudaranya yang terlambat masuk. Kadang-kadang dipanggilnya dan dipersilahkannya duduk ke dekatnya.
Kemudian lanjutan ayat tersebut:
يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ
" niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu."

Artinya, karena hati telah dilapangkan terlebih dahulu menerima teman atau orang yang baru datang, hati kedua belah pihak akan sama-sama terbuka. Hati yang terbuka akan memudahkan segala urusan selanjutnya. Tepat sebagaimana bunyi pepatah yang terkenal ; " Duduk sendiri bersempit-sempit, duduk banyak berlapang-alapang."

Duduk sendiri fikiranlah yang jadi sempit, tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Namun setelah duduk bersama , hati telah terbuka, musyawarah dapat berjalan dengan lancar, “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing."

Kalau hati sudah lapang fikiran pun lega , akal pun terbuka dan rezeki yang halal pun dapat didatangkan oleh Allah dengan lancar. Kekayaan yang istimewa dalam kehidupan ini terutama ialah banyaknya hubungan di antara diri dengan masyarakat, banyak mendapat pertemuan umum. Walaupun seseorang mendapat kekayaan berlipat ganda, sama saja keadaannya dengan seorang yang miskin kalau hatinya sempit dan  yang diingatnya hanya keuntungan diri sendiri , sehingga tempat duduk pun enggan memberikan kepada orang lain.

Selanjutnya
وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
"Dan jika dikatakan kepada kamu "berdirilah", maka berdirilah!"

Ar-Razi mengatakan dalam tafsirnya bahwa maksud dari kata-kata ini adalah :
Jika disuruh berdiri karena kamu sudah lama duduk, supaya orang lain yang belum mendapat kesempatan diberi peluang pula, maka segeralah kamu berdiri! Kalau sudah ada saran menyuruh berdiri, janganlah "berat ekor" seakan terpaku pinggulmu di tempat itu, dengan tidak hendak memberi kesempatan kepada orang lain untuk duduk.

Lanjutan ayat tersebut:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat "

Penafsirannya,
Pertama jika seseorang disuruh melapangkan majlis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia disuruh berdiri sekali pun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang pantas untuk duduk di muka, janganlah dia berkecil hati. Melainkan hendaklah dia berlapang dada. Karena orang yang berlapang dada itulah kelak yang akan diangkat Allah imannya dan ilmunya, sehingga derajatnya bertambah naik. Orang yang patuh dan sudi memberikan tempat kepada orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya.

Kedua memang ada orang yang diangkat Allah derajatnya lebih tinggi dari pada orang kebanyakan, pertama karena imannya, kedua karena ilmunya. Setiap hari pun dapat kita melihat pada raut rnuka, pada wajah, pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu.

Iman dan ilmu membuat orang jadi mantap. Membuat orang jadi agung, walaupun tidak ada pangkat jabatan yang disandangnya. Sebab cahaya itu datang dari dalam dirinya sendiri, bukan dibuat-buat atau datang dari luar.
Selain ituayat ini menegaskan bahwa mereka (orang yang berilmu) memiliki derajat-derajat yakni lebih tinggi sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.

Kemudian,

وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ 
" Dan Allah dengan apa pun yang kamu kerjakan, adalah Maha Mengetahui "     jhjgfgjg            

Ujung ayat ini ada patri ajaran ini. Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengiringnya adalah Ilmu. Iman tidak disertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok mengerjakan pekerjaan yang disangka rnenyembah Allah, padahal mendurhakai Allah.

Tentu saja yang di maksud dengan orang yang beriman adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal shaleh, dan yang kedua beriman dan beramal shaleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal pengajarannya kepada pihak lain secara lisan, atau tulisan maupun dengan keteladanan.

Sebaliknya orang yang berilmu saja tidak disertai atau yang tidak membawa ilmunya kepada iman, maka ilmunya itu dapat membahayakan dirinya sendiri ataupun bagi orang lain.

4.      Asbabun Nuzul
Saat itu terjadi peperangan yang dahsyat, para pahlawan Islam saat itu begitu luar biasa melawan para kafir, dan akhirnya mereka mendapat kemenangan. Rasulullah ingin sekali memberikan penghargaan kepada para pahlawan ini. Lalu Rasulullah mengumpulkan mereka disuatu tempat (majlis). Besok mereka berkumpul lagi ditempat tersebut.

Tetapi tempat tersebut, sudah dipenuhi oleh orang-orang munafik, sehingga para pahlawan Islam itu tidak kebagian tempat. Padahal Rasulullah SAW ingin sekali memberikan penghargaan kepada para pahlawan tersebut. Rasulullah lalu meminta kepada orang-orang munafik yang duduk-duduk ditempat tersebut. Lalu mereka berkata, "Saya sudah disini dari tadi pagi ya Muhammad, kenapa kamu menyuruh kami pergi"

Nabi Muhammad lalu dibentak-bentak, kemudian turunnlah surat al-mujadalah ini, yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu : "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberimu kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. al-mujadalah ayat 11 )

5.      Isi kandungan
Adapun bebrapa hal yang bisa diperoleh dari Quran surah Al-Mujadalah: 11 ini antara lain:

1. Etika Dalam Majlis

Etika dalam majlis ini maksudnya adalah bahwa ketika berada dalam suatu majlis, hendaklah kita memberikan kelapangan tempat duduk bagi yang baru datang. Dalam buku pembelajaran Al-Quran Hadits dikatakan bahwasanya yang sempit itu bukanlah tempatnya melainkan hatinya. Tabiat manusia yang mementingkan diri sendiri, enggan memberikan tempat kepada orang yang baru datang.
Dalam konteks ayat ini adalah Nabi Muhammad SAW memberi tuntunan agama ketika itu untuk memberi tempat kepada orang yang baru datang. Tetapi yang dimaksud di sini adalah tempat keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri atau tempat berbaring. Karena tujuan perintah atau tuntunan ayat ini adalah memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati atau yang lemah.
Jadi sekurang-kurangnya etika dalam suatu majlis adalah memberikan kelapangan tempat duduk, maka dengan demikian Allah juga akan melapangkan pula bagi kita pintu-pintu kebajikan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya.”

2. Manfaat beriman dan berilmu pengetahuan

Selanjutnya dalam ayat tersebut dijelaskan ” Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu, dan orang –orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Artinya ada orang yang akan diangkat derajatnya oleh Allah, yaitu orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan, dengan beberapa derajat.

Pada akhir ayat juga dijelaskan bahwasanya Allah itu selalu melihat apa yang kamu kerjakan, jadi tidak ada yang samar dihadapan Allah. Dan Allah akan mebalas semua apa yang kita kerjakan. Orang yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan yang jahat akan dibalas sesuai dengan kejahatannya.

3. Contoh semangat keilmuan
Adapun yang dapat dijadikan sebagai contoh dari semangat keilmua adalah :
a)      Rasulullah itu sendiri merupakan contoh teladan yang tidak mengenal lelah dalam mencari ilmu. Beliau senantiasa membaca dan menimba ilmu dari alam rasa dan yang semuanya bersumber dari Allah SWT.
b)      Apabila ada suatu majlis maka bergabunglah karena pasti disana akan didapatkan suatu pengetahuan baru yang akan menambah wawasan dan referensi sehingga kita dapat mengaplikasikan apa yang kita didapatkan. Seperti contoh sahabat Nabi yang pulang dari medan perang. Beliau tetap bergabung dalam majlis ilmu yang dilaksanakan oleh Nabi. Dalam dunia kita saat ini yaitu seringlah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang peduli dengan bidang-bidang keilmuan.
c)      Ikutilah jejak para tokoh-tokoh agamawan, ilmuan, tokoh pemikir yang selalu berupaya untuk menciptakan iklim yang baru sehingga saat ini kita dapat menikmatinya dan dimasa mendatang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar